REGGAE
Reggae adalah irama musik yang
membuat kaki kita menjadi gerak untuk berjoget,,,musik reggae ini berkembang di
Jamaica. Dan sekarang sudah menyebar luas ke seluruh dunia. Alat musik yang
dimainkan gitar,drum,bongo(jembre), keyboard, dan banyak yang lainnya. Grup
musik reggae di Indonesia ; Tony Q Ras Muhamad Steven & Coconut Trez Dan
banyak juga yang lainnya
KENAPA
REGGAE DAN RASTA DIIDENTIFIKASI DENGAN GANJA...???
Hhhuuuffff...!!! Akhirnya kesampean juga... Udah dari dulu
aku pengen nulis artikel, makalah, opini ato apalah (istilah-istilah lain yang
biasa dipake sama orang-orang yang pernah makan bangku sekolahan... Emangnya
rayap makan bangku...??? He... He... He...) kalo rasta dan reggae itu nggak
harus baganjo. Tapi karena kesulitan nyari referensi dan academic drafting yang
valid, jadi tulisan ini referensinya make beberapa situs internet.
Oke, sekarang kita mulai pembedahannya. Operasi kali: dibedah...!!!
Kalo kita mau ngebuktiin rasta dan reggae itu nggak ada hubungannya sama ganja,
kita harus tau dulu defini dan sejarah dari kedua istilah itu. Siap...??? Oke,
mari kita came on...
Apa Sih Definisi Reggae...???
Reggae itu adalah suatu aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika pada
akhir era 60-an. Walo kerap dipergunakan secara luas untuk menyebut hampir
segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya merujuk sama gaya
musik khusus yang muncul ngikutin perkembangan ska sama rocksteady.
Kata “reggae” itu sebenernya diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika
dari kata “ragged” (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari
dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae itu sendiri
terkontaminasi (kayak bahan kimia aja: terkontaminasi. He... He...) elemen
musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean
(Calypso, Merengue, Rhumba) sama musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang
kaya sama irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu
reggae itu adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang
berkembang di Jamaika yang sarat sama pengaruh musik Afro-Amerika. Secara
teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya
cara ngocok gitar secara terbalik (up-strokes). Kayak adonan aja ya, dikocok.
Selain itu, juga cara mereka memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated)
dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.
Reggae itu berbasis sama gaya ritmis yang bercirikan aksen pada off-beat ato
sinkopasi, yang dikenal juga dengan istilah skank.
Pada umumnya reggae memiliki tempo lebih lambat dibandingin ska atopun
rocksteady. Biasanya dalam reggae terdapat aksentuasi di ketukan kedua dan
keempat pada setiap bar, dengan gitar rhythm juga memberi penekanan pada
ketukan ketiga; ato nahan kord di ketukan kedua sampe ketukan keempat
dimainkan. Utamanya "ketukan ketiga" itu, selain tempo dan permainan
bassnya yang kompleks yang ngebedain reggae sama rocksteady, meskipun
rocksteady maduin pembaruan-pembaruan itu secara terpisah.
Udah segitu aja dulu... Entar kita bahas lagi di Sejarah Reggae.
Sejarah Reggae
Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Sebenarnya di
tahun itu nggak ada kejadian khusus yang jadi penanda awal muasalnya, kecuali
peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocsteady, yang sempat
populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama
musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae. Boleh jadi hingar bingar dan
tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang tepat sama kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat Jamaika pada saat itu yang sedang penuh tekanan.
Akar musikal reggae sendiri berhubungan erat sama tanah yang ngelahirin musik
reggae itu: Jamaika. Saat ditemukan oleh Columbus pada abad ke-15 (inget kan
pelajaran sejarah waktu SMP dulu?), Jamaika adalah sebuah pulau yang dihuni
oleh suku Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri berasal dari kosa kata Arawak
“xaymaca” yang artinya “pulau hutan dan air”.
Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku Arawak, yang
kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit hitam dari daratan
Afrika. Budak-budak itu dipekerjakan di industri gula dan perkebunan yang
bertebaran di sana. Sejarah kelam penindasan antar manusia pun dimulai dan
berlangsung hingga lebih dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan
dihapus, yang diikutin juga sama melesunya perdagangan gula dunia.
Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum budak Afrika memelihara
keterikatan mereka sama tanah kelahirannya dengan mempertahankan tradisi.
Mereka nyeritaian kehidupan di Afrika melalui nyanyian (chant) dan bebunyian
(drumming) sederhana. Interaksi dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa pun
ninggalin bekas produk silang budaya yang akhirnya jadi tradisi folk asli
Jamaika. Kalo komunitas kulit hitam di Amrik ato Eropa dengan begitu cepat
luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya, bro, komunitas kulit hitam Jamaika
masih merasakan kedekatan dengan tanah leluhur. Yang ini nih yang patut kita
tiru: nasionalisme yang tinggi.
Sejarah gerakan penyadaran identitas kaum kulit hitam, yang kemudian
berhubungan erat sama keberadaan musik reggae, mulai disemai pada awal abad
ke-20.
Adalah Marcus Mosiah Garvey, seorang pendeta dan aktivis kulit hitam Jamaika,
yang ngeluarin gagasan “Afrika untuk Bangsa Afrika…” dan menyerukan gerakan
pemulangan kembali (ato bahasa kerennya itu repatriasi) masyarakat kulit hitam
di luar Afrika.
Pada tahun 1914, Garvey mendirikan Universal Negro Improvement Association
(UNIA), gerakan sosio-religius yang dinilai sebagai gerakan kesadaran identitas
baru buat kaum kulit hitam.
Pada tahun 1916-1922, Garvey ninggalin Jamaika buat ngebangun markas UNIA di
Harlem, New York. Konon sampai tahun 1922, UNIA punya lebih dari 7 juta orang
pengikut. Antara tahun 1928-1930 Garvey balik lagi ke Jamaika dan terlibat
dalam perjuangan politik kaum hitam dan pada tahun 1929 Garvey meramalkan
datangnya seorang raja Afrika yang menandai pembebasan ras kulit hitam dari
penindasan kaum Babylon (sebutan untuk pemerintah kolonial kulit putih—merujuk
pada kisah kitab suci tentang kaum Babylon yang menindas bangsa Israel). Ketika
Ras Tafari Makonnen dinobatin sebagai raja Ethiopia di tahun 1930, yang
bergelar HIM Haile Selassie I, para pengikut ajaran Garvey nganggap Ras Tafari
sebagai sosok pembebas itu. Mereka juga ngeyakinin Ethiopia sebagai Zion—tanah
damai bak surga—bagi kaum kulit hitam di dalam maupun luar Afrika. Ajaran
Garvey pun mewujud sebagai religi baru bernama Rastafari dengan Haile Selassie
sebagai sosok yang di-tuhan-kan.
Pada bulan April 1966, karena ancaman pertentangan sosial yang ngelibatin kaum
Rasta, pemerintah Jamaika mengundang HIM Haile Selassie I untuk berkunjung
menjumpai penghayat Rastafari. Dia menyampaikan pesan nyediain tanah di
Ethiopia Selatan buat repatriasi Rasta. Namun Haile Selassie juga nekanin
perlunya Rasta untuk ngebabasin Jamaika dari penindasan dan ketidak adilan dan
ngejadiin Rastafari sebagai jalan hidup (ato kalo orang Britania bilang: way of
life), sebelum mereka eksodus ke Ethiopia.
Tahun-tahun setelahnya kredo gerakan tersebut makin tersebar luas, yakni
“Bersatunya kemanusiaan adalah pesannya, musik adalah modus operandinya,
perdamaian di bumi seperti halnya di surga (Zion) adalah tujuannya,
memperjuangkan hak adalah caranya dan ngilangin segala bentuk penindasan fisik
dan mental adalah esensi perjuangannya.” Ketika Bob Marley menjadi pengikut
Rastafari di tahun 1967 dan setahun kemudian disusul kelahiran reggae, maka
modus operandi penyebaran ajaran Rastafari pun ditemukan: reggae!
Sejarah Rasta
Rasta, ato Gerakan Rastafari ato Rastafari Movement, adalah sebuah gerakan
agama baru yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai Raja
diraja, Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah (nama Rastafari buat
Allah, yang merupakan bentuk singkat dari Yehovah yang ditemukan dalam Mazmur
68:4 dalam Alkitab versi Raja James), dan bagian dari Tritunggal Kudus. Nama
Rastafari berasal dari Ras Täfäri, nama Haile Selassie I sebelum ia dinobatin
sebagai kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika di antara kaum kulit hitam kelas
pekerja dan petani pada awal tahun 1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran
terhadap nubuat Alkitab, aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran
nabi mereka, seorang penerbit dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus
Garvey (masih inget. Kan?), yang visi politik dan budayanya ikut nolongin
nyiptain suatu pandangan dunia yang baru. Gerakan ini kadang-kadang disebut
"Rastafarianisme"; tapi istilah ini dianggap nggak pantes dan
nyinggung perasaan banyak kaum Rasta.
Gerakan Rastafari udah menyebar di berbagai tempat di dunia, terutama melalui
imigrasi dan minatnya dilahirkan oleh musik Nyahbinghi dan reggae —khususnya
musik Bob Marley, yang dibaptiskan dengan nama Berhane Selassie (Cahaya Tritunggal)
oleh Gereja Ortodoks Ethiopia sebelum ia meninggal, sebuah langkah yang juga
diambil belakangan oleh jandanya, Rita.
Pada tahun 2000, ada lebih dari satu juta Rastafari di seluruh dunia. Sekitar
5-10% dari penduduk Jamaika mengidentifikasikan dirinya sebagai Rastafari.
Kebanyakan kaum Rastafari vegetarian atau hanya memakan jenis-jenis daging
tertentu. Di AS ada banyak sekali restoran vegetarian Hindia Barat, yang
nyediain makanan Jamaika.
Doktrin
Rastafari berkembang di antara penduduk yang sangat miskin, yang ngerasa kalo
masyarakat nggak bakalan nolongin mereka kecuali ngebikin mereka jadi lebih
menderita. Kaum Rasta memandang diri mereka sebagai penggenap suatu visi
tentang gimana orang Afrika harus hidup. Mereka ngerebut kembali apa yang mereka
anggap sebagai kebudayaan yang telah dicuri dari mereka ketika dibawa di
kapal-kapal budak ke Jamaika, tempat lahirnya gerakan ini.
Doktrin Rastafari beda banget sama norma-norma pikiran dunia barat modern. Hal
ini disengaja sama kaum Rasta sendiri. Beda sama kebanyakan kelompok keagamaan
modern dan Kristen yang cenderung nekankin konformitas dengan "kekuasaan
yang ada", Rastafari sebaliknya nekanin kesetiaan sama konsep mereka
tentang "Sion" dan penolakan masyarakat modern ("Babel").
"Babel" dalam hal ini dianggap ngeberontak terhadap "Penguasa
Dunia Sejati" (YAH) sejak zaman Nimrod.
"Cara hidup ini" tidak sekadar dikasih makna intelektual, atau
"keyakinan" seperti yang biasa diistilahkan. Ini adalah masalah
mengetahui atau menemukan identitas sejati diri sendiri. Ngikutin dan nyembah
YAH Rastafari berarti nemuin, nyebarin dan "nempuh" jalan di mana
orang telah dilahirin dengan sebenarnya.
Agama ini sulit dikategorikan, karena Rastafari bukan suatu organisasi yang
tersentralisasi. Masing-masing Rastafari mencari kebenaran untuk dirinya
sendiri, sehingga akibatnya terdapat berbagai keyakinan yang masuk ke bawah
payung besar bernama Rastafari.
Yang perlu ditekanin disini adalah rastafari merupakan suatu ajaran hidup bukan
suatu agama. PBB uga udah ngakuin keberadaan ajaran ini. Ajaran ini sebenarnya
mengajarin seseorang untuk hidup bersih, tidak meminum alkohol dan nggak
ngerokok. Tapi kebanyakan orang salah kaprah sama Reggae. Banyak yang nganggap
kalo reggae selalu identik sama rasta yang juga diartiin banyak orang dengan
ngisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa tujuan. Reggae adalah sebuah
genre musik yang dipelopori oleh Bob Marley. Dan tentunya disini, seorang
pecinta reggae tidak selalu berpenampilan kayak Bob Marley ato menganut rasta.
Sebaliknya, belum tentu penganut rasta menyukai reggae. Hal inilah yang harus
dipahami oleh semua kalangan agar “melek” terhadap musik berirama santai ini.
“Terus sekarang masalahnya, mengapa saya memakai embel-embel rastafara?
Embel-embel ini tentunya bukan berarti saya juga penganut rastafarian. Saya
sebenarnya terinspirasi dari musisi reggae tanah air.” Tutur Yanuar Catur
Rastafara. Bang Tony Q Rastafara yang juga mencantumkan rastafara pada nama
belakangnya. “Rastafara yang saya ambil disini adalah filosofinya, yaitu rasa
senang dan cinta terhadap perdamaian. Cinta kepada alam, cinta pada anak kecil,
cinta wanita, dan segala sesuatu yang beratasnamakan cinta. Saya juga bukan
pengisap ganja ataupun berambut gimbal, tetapi saya sangat cinta akan irama
lantunan musik reggae beserta lirik-liriknya. Seorang pengagum reggae belum
tentu dreadlock rasta atau identik dengan rambut gimbal dan ganja, jadi salah
bila orang yang beranggapan sebaliknya. Saya suka dan cinta kepada musik reggae
karena musik ini selalu membawa hati saya kedalam goa perdamaian. Mungkin, jika
semua orang menyukai musik reggae, tentunya tak akan ada perang yang tak
kunjung henti.” One love, one heart.. Woyyyooooo Man.. Alright.
Afrosentrisme Rasta dan Merah Kuning Ijo
Secara sosial, Rastafari adalah suatu tanggapan terhadap penyangkalan rasialis
terhadap orang-orang kulit hitam sebagaimana yang dialami di Jamaika, pada
tahun 1930-an orang-orang kulit hitam berada di tingkat tatanan sosial paling
bawah, sementara orang-orang kulit putih dan agama mereka (umumnya Kristen)
berada di paling atas. Anjuran Marcus Garvey agar orang-orang kulit hitam
bangga akan diri mereka dan warnisan mereka mengilhami kaum Rasta buat meluk
apa aja yang bersifat Afrika. Mereka ngajarin kalo mereka dicuci otak saat berada
dalam tawanan buat nyangkal segala sesuatu yang berkaitan sama kulit hitam dan
Afrika. Mereka ngebalik citra rasialis mereka dan nganggap primitif dan
langsung dari hutan dan malah merangkulnya -- meskipun itu berlawanan -- dan
menjadikan konsep-konsep ini sebagai bagian dari budaya Afrika yang mereka
anggap telah dicuri dari mereka ketika mereka dibawa dari Afrika di kapal-kapal
budak. Dekat dengan alam dan dengan savana Afrika serta singa-singanya, di
dalam roh, kalo bukan secara badani, adalah gagasan sentral mereka tentang
budaya Afrika.
Identifikasi Afrosentris penting lainnya adalah warna merah, emas, dan hijau,
dari warna bendera Ethiopia. Warna-warna ini adalah lambang gerakan Rastafari,
dan kesetiaan kaum Rasa terhadap Haile Selassie, Ethiopia, dan Afrika dan bukan
kepada negara modern manapun di mana mereka kebetulan tinggal. Warna-warna ini
seringkali terlihat dalam pakaian dan hiasan-hiasan lainnya. Merah melambangkan
darah para martir, hijau melambangkan tetumbuhan Afrika, sementara emas melambangkan
kekayaan dan kemakmuran yang ditawarkan Afrika. (Sebaliknya, sejumlah pakar
Ethiopia menyatakan bahwa warna-warna ini berasal dari pepatah lama yang bilang
sabuk sabuk Perawan Maria adalah pelangi, dan warna merah, emas, dan hijau
melambangkan semuanya ini.)
Banyak dari pemeluk Rastafari berusaha mempelajari bahasa Amharik, yang mereka
anggap sebagai bahasa aslinya, karena inilah bahasa yang dipergunakan Haile
Selassie I, dan untuk mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang
Ethiopia—meskipun pada praktiknya kebanyakan pemeluk Rasta tetap berbahasa
Inggris atau bahasa kelahiran mereka. Ada pula lagu-lagu reggae yang ditulis
dalam bahasa Amharik.
Kenapa Reggae dan Rasta Diidentikkan Sama Daun Ganja?
Nah, sekarang kita udah nyampe pada inti tulisan ini.
Mengenai hal ini, banyak fersi yang ngejelasin kenapa reggae dan rasta
diindentikkan sama daun ganja. Ada yang bilang ini merupakan bentuk
identifikasi afrosentris dengan ajarannya: menyatu dengan alam, termasuk juga
dengan ganja. Tapi pendapat ini kayaknya kurang pas deh, soalnya bertentangan
banget sama ideologi rasta. Trus, gimana dong...??? Sabar dong, sisti...!!!
Rastafari nganjurin pengikutnya buat ngejauhin materialisme dan hidup alami.
Mereka juga di larang memotong bagian tubuhnya (maka dari itu rambut mereka di
biarkan menggimbal), dan memakan daging. Asap mariyuana juga di anjurkan di
pakai buat meditasi para rastafari. Inget...!!! Ganja hanya dipake buat ritual
keagamaan saja, bukan buat seneng-senengan doang.
Lah, trus, kenapa reggae dan rasta identik sama ganja?
Kayak yang udah kita bahas di depan. Om Bob adalah legenda reggae. Dia juga
seorang rastafarian. Sedangkan menurut sebagian pendapat, dalam ajaran
rastafari marijuana dipake sebagai mediasi dalam meditasi.
Dan Reggae nggak selalu identik sama ganja. Anggapan itu sebenernya karena
memandang para musisi Reggae yang selalu menggunakan gambar daun ganja sebagai
Cover di Album mereka. Apalagi salah seorang musisi Reggae Peter Tosh tiap kali
manggung selalu menghisap daun ganja dan dia pernah bikin lagu tentang
pelegalan ganja yang berjudul Legalize It, yang mengakibatkan dia ditangkap
polisi Jamaika. Tuh, di Jamaika aja (tempat lahirnya musik reggae dan gerakan
rastafari) dilarang.
Demikianlah ceramah kali ini. Kurang dan lebihnya mohon maaf... he... he...
he... Kayak pak ustadz aja.